![]() |
| Lokasi sebuah Warkop di Lambhuk, Banda Aceh, Aceh |
Di media sosial, kita kerap disuguhi kalimat-kalimat penuh makna. Motivasi yang memberi semangat sekaligus meluaskan perspektif kita akan sebuah situasi dan kondisi. Kemudian beberapa dari kita mengupdatednya ke media sosial pribadi.
Kisah itu sering kita dapati dalam kehidupan sehari-hari. Lantas, pernahkan kita berpikir bahwa kalimat yang indah itu belum tentu benar. Apalagi kalimat itu disampaikan manusia biasa. Meski dia seorang filsuf sekalipun, tetap saja ia manusia biasa.
Mari sejenak kita dalami kalimat-kalimat yang tampak indah nan menawan itu. Temukan sisi yamg perlu diperdebatkan. Ini bukan soal melihat kekurangan namun soal seberapa paham kita akan kalimat-kalimat itu. Tujuan utamanya agar kita lebih kreatif berpikir bukan hanya kritis.
Latihan ini bermanfaat menambah infrastruktur otak kita. Selain itu, sungai pikiran kita akan mengalirkan nilai dan makna. Bila selama ini sungai pikiran itu tidak mengalirkan nilai dan hikmah disebabkan kotoran dan sampah, maka berpikir kreatif akan menlancarkan peredaran nilai dan hikmah dalam kehidupan kita.
Berpikir bukan hanya mengkritisi sebuah fenomena dan realitas. Bukan pula sebatas menunjukkan titik salah dan lemah sebuah pemikiran, ia bahkan mampu mengelaborasi titik lemah sebagai sesuatu yang mewah.
Misalnya, Anda bertemu seseorang yang sangat arogan. Seseorang yang sangat egois. Seseorang yang hanya fokus pada dirinya sendiri. Sekilas Anda menganggap dia bukan tim yang baik namun dengan berpikir kreatif, Anda akan menjadikannya sebagai ujung tombak tim.
Karakter yang dimilikinya sejatinya dimiliki semua orang. Kadar dan porsi serta kemampuan setiap orang yang berbeda. Beberapa orang mampu menekan arogansinya, mampu menciptakan pandangan orang lain terhadapnya tidak arogan. Sementara ada orang yang tidak mampu melakukan itu sehingga ia mengedepankan arogansinya. Biasanya demi menutupi kelemahan diri.
Pengetahuan akan hal itu akan menjernihkan pikiran. Kita dapat berpikir positif sekaligus kreatif. Nah, saat itulah kita mampu memberi keputusan yang adil. Jadi, berpikir kreatif bermuara pada keputusan yang adil. Mampu menempatkan sesuatu sesuai porsi, situasi, keadaan.
Implemtasi
Seringkali kita gagal menerapkan dalam kehidupan kita. Meski faktor eksternal seperti pengalaman, pengetahuan, lingkungan kerap memengaruhi kita namun faktor internal sejatinya lebih dominan. Ini butuh kesadaran bahwa berpikir kreatif itu sesuatu yang menyenangkan.
Contoh yang saya sampaikan di atas misalnya. Manusia yang arogan itu dapat bermanfaat jika kita mampu berpikir kreatif. Ia butuh validasi, maka berikan peluang berbuat. Jika berhasil berarti ia bukam orang sombong, jika gagal berarti ia akan memahami satu hal bahwa ucapan harus sesuai tindakan dan hasil. Syukur bila kemudian ia berubah menjadi pribadi rendah hati.
Anda kemudian protes, "mengatakan dan menuliskannya memang mudah namun realitasnya kan rumit". Ya, Anda benar, saya tidak memgatakan itu mudah. Namun mengapa tidak memulainya. Bagaimana kita, siap berpikir kreatif? Selamat ngopi.

0 Komentar